MAKNA LAMBANG PORSIGAL
1. WARNA DASAR KUNING GADING
Berarti, bahwa PORSIGAL dengan semangat yang tinggi,
selalu menumbuhkan perasaan cinta damai, mewujudkan kesejahteraan dan
ketentraman dunia, berusaha membebaskan fakir-miskin dan kaum lemah sesama
hidup dari berbagai penderitaan, sebagai pengejawantahan dari sesanti :
“MAWAYU RAHAYU HARJANINGRAT, NGRUWAT POPO CINTROKO NING SAMI”
Dalam misinya yang demikian, PORSIGAL berpendirian
bahwa “Mencintai” Pencak Silat mendarah mendaging (HAMBALUNG SUMSUM) bukan saja
Pencak Silat sebagai kekayaan Budaya Bangsa yang harus dilestarikan, tetapi
lebih dari itu Pencak Silat sebagai sarana mencapai nilai kemanusiaan yang
lebih tinggi, berbudi luhur, lemah lembut pekertinya dan penuh cinta kasih
kepada sesama.
2. WARNA MERAH DARAH / MERAH HATI
Berarti, bahwa PORSIGAL disamping menumbuhkan dan
membina terus semangat dan kegagahan serta kekuatan jasmani (raga) harus pula
mengutamakan OLAH BATIN dan OLAH NOLO (HATI); karena justru hatilah hakikat
kepribadian manusia sejati.
3. WARNA HITAM
Berarti, bahwa PORSIGAL harus memiliki kekuatan dan
kebulatan tekad untuk melaksanakan prinsip :
“ TITI, TOTO, TATAG, TUTUG, TANGGON”
Dalam menekuni Pencak Silat sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan kemanusiaan dalam menghadapi tantangan kehidupan serba aneka
ragam coraknya.
4. SAYAP GARUDA BERWARNA KUNING, MENGAPIT BOLA DUNIA
Merupakan penggambaran
asas:
“GARUDHO HANGRANGSANG BAWONO”
Rajawali yang siap menguasai jagad raya, adalah
penggambaran sifat dan sikap gelora jiwa muda yang penuh kegagahan dan
keberanian, penuh vitalitas, selalu siap menghadapi tantangan kehidupan tanpa
rasa takut, rasa khawatir dan kecil hati, semata-mata karena percaya diri
Sebagai hamba Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk Murbo Waseso Dunia (Khalifah
Allah di muka Bumi).
5. CAKRA BERMATA DELAPAN YANG MERUPAKAN ARAH DELAPAN MATA
ANGIN
Merupakan penggambaran asas “ ASTHO MULAT” (delapan
sudut pandang / delapan dimensi) yang berarti, bahwa setiap warga besar
PORSIGAL pada peringkat atau tahap/ tingkat tertentu dalam pengendapan
kejiwaan, diharapkan telah memiliki pandangan/ wawasan luas baik tentang
kehidupan persilatan maupun tuntutan kehidupan di masyarakat dan dunia ramai.
Setiap mata cakra bercabang 3 (tiga) artinya, di dalam
memahami dan memasuki pergaulan dunia yang luas, ilmu silat yang dimiliki harus
dijabarkan dengan prinsip “TETELUNING ATUNGGAL” (TRILOGI) yakni
keseimbangan Olah Jasad / Jasmani, Olah Nalar (Inthidhar, akal
fakir) dan Olah Nolo (Hati, kalbu) atau keseimbangan antara “ CIPTO,
ROSO, KARSO atau KARYO” sehingga indah seperti kuncup
bunga yang hendak mekar, menawan hati.
6. NYALA API LIMA BERWARNA PUTIH, MEMBENTUK RANGKAIAN
HURUF ARAB BERBUNYI “ALLAH” DENGAN MASING-MASING HURUF BERUJUNG TIGA
Merupakan gambaran asas:
“ CIPTO JATI HAROSO TUNGGAL”
(Hakikat menyatunya diri dengan Sang Pencipta,
menyatunya makhluk dengan Khaliqnya) yang artinya pada peringkat tertentu
setiap warga PORSIGAL akan mencapai pengendapan kejiwaan yang khusu’, tenggelam
dalam berdzikir dan selalu muqorobah dengan diiringi semangat tafakur (berfikir
tentang Kebesaran Allah SWT) dengan sepenuh kesucian niat dan hati, merupakan
perwujudan / praktek penghayatan dan pengamalan secara hakiki jiwa Pancasila
dengan hiasan pribadi yang penuh IMAN, ISLAM dan IHSAN.
7. SENJATA TRISULA
Berarti, bahwa PORSIGAL dengan berbekal ilmu silat
dalam berbagai dimensinya, selalu siap siaga membela negara, bangsa dan agama
Sebagai Satria Pinuji, dengan landasan kebenaran, keadilan dan kesucian.
Pada sisi lain, TRISULA tersebut menggambarkan
semangat melakukan pembelaan umum dengan sesanti :
“SURO DIRO JOYONINGRAT miwah JOYO-JOYO KAWIJAYAN ing tembe LEBUR DENING
KASUDIBYAN; SUDIBYANING LELABUHAN, LABET LABUH, LELADI PROJO HAMBENGKAS
RUBEDANING SAMI, HANGRUKEBI AGOMO AGEMING AJI”.
8. LIMA WARNA DOMINAN DALAM LAMBANG (MERAH, KUNING,
HIJAU, PUTIH, HITAM)
Merupakan penggambaran 5 (lima) asas Kepribadian
PORSIGAL dalam segala suasana dan cuaca, dalam segala tempat dan keadaan, yakni
setiap warga besar PORSIGAL harus selalu berusaha untuk menjadi manusia taqwa
yang berkualitas dengan mendasari pribadi pada sikap dan sifat pinuji :
Ø Ngobah Mosikake Saliro;
Ø Ngolah Kridhaning Nalar;
Ø Hamanjing Ajur-ajer;
Ø Tepo Seliro;
Ø Mandireng Pribadi.
Yaitu aktif dan kreatif, SUPEL dalam BERGAUL tetapi
TEGAS dalam PRINSIP, memiliki toleransi dan sikap tenggang rasa yang tinggi dan
selalu percaya diri pribadi semata-mata sebagai hamba Allah SWT yang harus
mandiri.